Hosni Mubarak yang berkuasa mulai tahun 1981, hingga kini ia menjabat sebagai presiden Mesir kurang lebih dari 30 tahun. Selama itu pula Hosni menggunakan kewenangannya dengan cara diktator, tidak sehat, serta tidak segan-segan untuk menculik dan menghukum oposisi yang mencoba dan berusaha menggoyang kekuasaannya, walaupun tidak bisa dipungkiri pada aspek yang lain banyak orgnisasi-organisasi yang menjadi oposan terhadap pemerintahan Hosni Mubarak, salah satunya Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh tokoh legendaris yaitu Hasan Al-Banna juga berusaha keras untuk menumbangkan rezim mubarak yang dianggap tidak pro rakyat.
Aksi besar-besaran yang timbul pada awal tahun 2011 ini sungguh mengagetkan dunia internasional, khususnya pada timur tengah yang mempunyai dampak pada segala aspek yang ada pada negara sekitarnya, namun tidak bisa dipungkiri, bahwa pada dasarnya munculnya gerakan besar tersebut diakibatkan oleh kegelisahan rakyat Mesir selama pemerintahan Hosni Mubarak, sehingga banyak para tokoh dunia sangat menyayangkan demonstrasi besar-besaran tersebut yang mengakibatkan lebih dari 100 orang meninggal dunia dan ribuan orang terluka akibat bentrokan yang dilakukan oleh antek-antek yang pro terhadap pemerintahan Hosni Mubarak, akan tetapi rakyat Mesir mengiginkan Mubarak untuk mundur dari jabatan dalam rangka menciptakan tatanan baru yang mengarah pada revolusi sistem politik yang ada dinegara tersebut.
Kediktatoran rezim Mubarak tidak hanya dirasakan oleh lawan-lawan politiknya, tetapi siapa saja yang berani mengkritik pemerintah, baik dari kalangan ilmuan, tokoh masyarakat, insan media, sastrawan, pagi hari mereka mengkritik, maka bisa dipastikan pada malam harinya ia akan raib (Abd. Syukur Lc). Inilah yang kemudian dirasakan oleh rakyat mesir secara keseluruhan yang hidup dalam naungan sistem yang diciptakan oleh Mubarak, merasa terkungkung dan terkesan tidak punya nyali untuk mengkritisi pemerintah, sehingga dampaknya Mubarak memerintah selama tiga puluh tahun dengan kesewenang-wenangan, maka tidak heran kalau kemudian Mesir bergolak hari ini. Para demonstran yang datang kelapangan At-Tahrir di Mesir dari semua lapisan dengan satu aspirasi yaitu “ Hosni Mubarak harus mundur dari kursi kepresidenan”, tapi kenapa Mubarak masih mempertahankannya? Malah dengan lantang Hosni Mubarak tidak akan mundur sampai waktu yang ditentukan yaitu pada bulan september mendatang.
Raja Yang Diktator
Dalam kehidupan di hutan rimba siapa yang kuat, maka dia yang akan berkuasa. Bagaimana dengan rezim yang diciptakan oleh Hosni Mubarak dalam mempertahankan kekuasaannya? Tidak ada ubahnya seperti raja singa yang merasa mempunyai kekuatan untuk menikam lawan-lawannya, seperti itulah kira-kira yang terjadi pada masa pemerintahan Hosni Mubarak, walaupun pertarungan tersebut pada satu sisi merupakan pertarungan ideologis antara islamis dan neomodernis, namun pada sisi yang lain gerakan tersebut sudah lebih banyak dimotori oleh rakyat Mesir secara keseluruhan untuk menumbangkan rezim Mubarak, karena dianggap pemerintahan Mubarak diktator, korup, dan mengenyampingkan kepentingan-kepentingan rakyat secara keseluruhan.
Matinya demokrasi di Mesir, tentu saja diciptakan oleh penguasa yang harus mengorbankan rakyat dinegeri yang penuh sejarah itu. Mubarak dianggap manifestasi fir’un oleh rakyat Mesir, maka seharusnya ia tumbang. Tapi apa faktanya Mubarak tidak mau mundur dari kekuasaannya, banyak langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh Mubarak dalam mempertahankan kekuasaannya, salah satunya adalah mengangkat Omar Sulaiman menjadi wakil presiden dan merombak semua kabinet dalam pemerintahannya, namun bukan itu yang diinginkan oleh rakyat Mesir, yang diinginkan oleh rakyat bagaimana caranya Mubarak Mundur dari kekuasaannya, bahkan ironisnya rakyat Mesir tidak akan berhenti demonstrasi sebelum Mubarak menyatakan mundur dari kursi kepresidenan.
Dengan demikian rakyat Mesir pada dasarnya sudah jenuh dengan pemerintahan Mubarak yang diktator dan lalim, maka mau tak mau Mubarak dipaksa terus untuk mundur dalam menciptakan pembaharuan sistem politik Mesir, dengan kata lain Mesir hari ini haruslah “Revolusi” itulah kata-kata yang pas terhadap problematika yang terjadi di Mesir.
Ketidakstabilan negara Mesir yang dipicu oleh pemerintahan yang lalim tersebut, kami rasa dalam posisi yang dilematis, karena banyak variabel yang kemudian dalam kebimbangan rakyat. Kenapa kemudian dilema? Belum tentu Mesir akan menjadi lebih baik pasca Mubarak lengser dari kekuasaannya, karena demonstrasi yang katanya murni gerakan rakyat, akan tetapi tidak bisa dipungkiri banyak kepentingan-kepentingan antar kelompok anti Mubarak yang juga sama-sama mengatasnamakan rakyat Mesir, yang secara mendasar mempunyai tujuan berbeda-beda.
Dalam rangka mempertahankan kekuasaannya dan ketakutan Mubarak untuk mundur dengan cara yang tidak terhormat, maka Mubarak akan melakukan berbagai macam cara dengan dalih bahwa pemerintahannya akan berakhir september mendatang dan Mubarak tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai presiden Mesir, hal ini memicu kecaman dahsyat dari tokoh-tokoh dunia, salah satunya dilontarkan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Husain Obama. demi manjaga stabilitas politik dinegeri Mesir dan perdamaian, serta untuk mengurangi jatuhnya korban, Obama meminta kepada Mubarak untuk mundur dari kekuasaannya.
Tak bisa dipungkiri lagi, kebencian rakyat terhadap rezim Mubarak yang diktator, lalim, korup, dan semena-mena sudah sampai pada titik kulminasi, maka sangat wajar keberanian rakyat Mesir untuk meruntuhkan rezim Mubarak tidak diragukan lagi, disamping itu pula banyak para tokoh-tokoh anti Mubarak yang ikut serta dalam menumbangkan sang penguasa Mesir tersebut. Oleh karenanya sudah saatnya bagi Mubarak untuk melepaskan kekuasaannya yang dipegang selama tiga puluh tahun itu, demi kemaslahatan bersama.
Runtuhnya Nilai-Nilai Kemanusiaan
Sudah cukup banyak rakyat mesir yang meninggal dunia akibat demonstrasi besar-besaran untuk menumbangkan rezim Mubarak, namun hal ini terkait dengan politik untuk meraih kekuasaan. Sungguh sangat tipis perbedaannya antara lawan dengan kawan, serta sistemnya serba mungkin. Mungkin saja Mubarak akan mundur dan mungkin saja Mubarak tidak mundur sebagai penguasa Mesir. Namun faktanya rakyat Mesir tidak akan berhenti berdemonstrasi selama Mubarak tidak menyatakan mundur. Fakta-fakta tersebut menimbulkan dua kubu demonstrasi, ada yang pro Mubarak dan rakyat Mesir kebanyakan anti Mubarak, sehingga kedua kubu itu sempat bentrok antara yang pro dengan yang kontra.
Manusia sebagai makhluk paling sempurna, serta dikarunia fitrah yang berupa akal pikiran yang membedakan antara makhluk lainnya, maka dalam sebuah negara pertama pemerintah harus menjaga keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hukum; kedua pemerintah harus menjaga keselamatan keyakinan agama masing-masing tanpa ada paksaan untuk berpindah agama; ketiga pemerintah harus menjaga keselamatan keluarga dan keturunan; keempat pemerintah harus menjaga keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum; dan kelima pemerintah harus menjaga keselamatan profesi. Akan tetapi faktanya apa yang terjadi di Mesir selama pemerintahan Hosni Mubarak? Sungguh sangat memprihatinkan ketika para penguasa melakukan tindakan-tindakan kesewenang-wenangan, apalagi terhadap rakyatnya sendiri, sehingga menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri.
Revolusi Mesir hari ini merupakan rentetan sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh dunia internasional, mengingat Mesir sebagai negara yang mempunyai peradaban tinggi, namun hari ini Mesir menjadi negara yang mencekam, menakutkan serta kekisruhan terjadi dimana-mana. Apa tindakan Mubarak dalam kondisi yang mencekam ini? Dan bagaimana Mubarak menyikapi tuntutan dari jutaan rakyat Mesir?. Dengan gaya otokrasi serta arogansinya, Mubarak tetap teguh pada pendiriannya bahwa Mubarak tidak akan mundur. Pernyataan Mubarak yang arogan itu menjadi spirit rakyat Mesir dalam menumbangkan rezim yang diktator, lalim, korup, dan menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan itu, sehingga gerakan demonstrasi terus diupayakan oleh rakyat Mesir sampai Mubarak menyatakan Mundur dari kekuasaannya, walaupun nyawa sebagai taruhannya.
Bagaimana menanggapi polemik yang terjadi di Mesir hari ini, yang telah meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri? Telah dikatakan di awal bahwa Mubarak harus segera mengikhlaskan diri untuk mundur dari kursi kepresidenan, yang telah dipegangnya selama tiga puluh tahun dan menyerahkan pada yang ahli sesuai dengan keinginan dan kebutuhan rakyat Mesir, dalam rangka mencari jalan keluar dari kebuntuan politik, serta menstabilkan kembali kondisi yang hari ini sangat runyam dinegeri tersebut.
Hal tersebut diatas adalah sebuah fenomena sosial yang mengharuskan manusia hidup berkelompok untuk mencapai kemaslahatan bersama, jika hal itu tidak terjadi revolusi adalah jawaban yang tepat untuk membangun kembali tatanan yang rapuh akibat dari sebuah sistem yang keluar dari koridor kemanusiaan. Negara Mesir yang dibangun oleh Mubarak selama tiga puluh tahun ternyata bukan kepentingan rakyat Mesir secara keseluruhan, namun lebih banyak mengarah pada kepentingan kelompok yang didalamnya dipegang oleh para elit politik Mesir, maka tuntutan rakyat Mesir supaya Mubarak mundur dari kursi kepresidenan merupakan sebuah keharusan untuk dilaksanakan dan dipenuhi oleh pemerintah Mesir. Jika Mubarak tetap bersikukuh pada pendiriannya untuk tetap menjabat sebagai presiden Mesir, tidak bisa dipungkiri lagi amarah rakyat Mesir akan semakin menjadi-jadi, dan darah pastinya akan semakin deras mengalir dijalan-jalan sepanjang demonstrasi tersebut tidak terpenuhi. Disinilah sebenarnya runtuhnya nilai-nilai kemanusiaan, yang hanya demi mempertahankan kekuasaan banyak nyawa yang harus melayang.
Posting Komentar